Public Seminar with Prof. Tom Pepinsky

“American Democracy under Trump, What Indonesia Could Learn?” How did the shifts in American democracy during the Trump era reshape political institutions, public trust, and democratic resilience? Join this discussion seminar to explore key insights and reflect on what Indonesia can learn from the U.S. experience. Day: Wednesday, 7 January 2026Time: 10.00 – 12.00 Indonesia TimePlace: Yustinus Y15, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Register here For more information, please contact Agnes Ridla via:WhatsApp: +62 813-2007-2434Email: agnes.apriliana@atmajaya.ac.id Let’s take part in a thoughtful and insightful discussion with the expert!
Indonesia Review and Outlook 2026: Evaluasi Setahun Pemerintahan Prabowo–Gibran

Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya melalui Institute of Public Policy (IPP) menyelenggarakan forum Indonesia Review and Outlook 2026 pada 27 November 2025 di Kampus Semanggi. Acara ini menghadirkan enam narasumber dari lintas disiplin ilmu untuk mengevaluasi setahun pertama pemerintahan Prabowo–Gibran serta memetakan tantangan dan arah kebijakan di tahun 2026. Diskusi yang membahas topik kunci dari politik, hukum, ekonomi, kepemudaan, teknologi, dan kesehatan ini berlangsung secara interaktif dengan peserta yang hadir berasal dari akademisi, praktisi, dan mahasiswa. Pada pembahasan tentang perekonomian di Indonesia, Prof. Rosdiana Sijabat menekankan pentingnya menjaga stabilitas fiskal di tengah ketidakpastian global, termasuk pengelolaan inflasi, ketersediaan bahan pokok, dan efektivitas belanja negara. Sementara itu, Dr. Yoes Kenawas menyoroti konsolidasi kekuasaan yang kian kuat sepanjang 2025 serta penyempitan ruang sipil yang terlihat melalui maraknya aksi protes dan respons negara yang semakin represif. Isu penegakan hukum dan HAM juga menjadi fokus penting. Bivitri Susanti menilai adanya penurunan signifikan terhadap kualitas rule of law, ditandai oleh praktik populisme hukum dan munculnya kebijakan yang mengarah pada autocratic legalism. Di bidang kesehatan, Dr. Felicia Kurniawan mengulas tantangan implementasi Program Makan Bergizi Gratis, terutama terkait kesiapan infrastruktur, tata kelola pembiayaan, serta integrasi dengan layanan kesehatan dasar. Dari perspektif teknologi, Dr. Lukas menyoroti meningkatnya urgensi regulasi kecerdasan artifisial, perlindungan data, serta pemerataan literasi digital untuk mencegah meluasnya ketimpangan digital. Sementara itu, sebagai perwakilan suara mahasiswa, Krishant Ashok Tekani, mengingatkan pentingnya peran anak muda dalam memperkuat demokrasi, tidak hanya melalui pemilu tetapi juga melalui advokasi kebijakan dan partisipasi kritis dalam ruang publik digital. Melalui forum ini, IPP menegaskan pentingnya kebijakan publik yang berbasis bukti dan dialog yang inklusif, terutama dalam menghadapi tahun kedua pemerintahan yang diprediksi masih diwarnai konsolidasi politik, tantangan ekonomi, implementasi regulasi baru, dan dinamika demokrasi. Harapan dari hasil diskusi ini dapat menjadi rujukan bagi pembuat kebijakan serta memperkuat kontribusi akademik dalam mendorong tata kelola pemerintahan yang transparan, adaptif, dan berkelanjutan.
Unearthing the Relationship Between Women Living in Mining Areas and Their Political Participation in Indonesia: The Dataset
This study examines the impact of mining industries on women’s political participation in Indonesia. Mining regions, often characterized by male-dominated labor structures and economic dependency on extractive industries, create socio-political barriers that limit women’s engagement in formal politics and decision-making processes. This research investigates how the presence of mining activities influences women’s political agency, leadership opportunities, and representation in local governance. Using a mixed-methods approach, the study analyzes national-level electoral data to compare women’s political participation in mining and non-mining districts. Additionally, qualitative case studies from selected mining regions explore the socio-economic and institutional constraints faced by women in pursuing political roles. Key factors examined include patriarchal norms, economic reliance on extractive industries, environmental activism, and policy frameworks that either enable or restrict women’s political involvement. The results indicate that while mining regions present significant structural barriers to women’s political participation, they also serve as spaces for emerging grassroots mobilization, particularly in environmental advocacy and community governance. This research contributes to the broader discourse on gender and resource politics by providing policy recommendations to enhance women’s representation in extractive economies.
[CALL FOR PAPERS] IFAR Consortium Conference 2026

[IFAR Consortium Conference 2026] Contours of Inequality: Power, Protest, and Privilege in Southeast Asia Date: August 12–14, 2026Place: Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), Depok, West Java The Institute for Advanced Research (IFAR) at UIII proudly announces the inaugural IFAR Consortium Annual Conference 2026 — an international platform to explore the contours of inequality shaping Southeast Asia today. We invite scholars and researchers to submit papers and panels that critically engage with our conference theme, encompassing — but not limited to — the following areas: Join us in Depok for three days of vibrant exchange, critical reflection, and cross-disciplinary dialogue on how power, protest, and privilege shape the region’s political, social, and economic landscapes. Important Dates: Learn more and submit your proposal here Organizer:Institute for Advanced Research (IFAR), Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) Co-Organizers:COMPOSE, Faculty of Social Sciences UIIIIFAR Atma Jaya UniversityIFAR LPEM Universitas IndonesiaIFAR Monash University Indonesia
DISKUSI PUBLIK 2025

“Urgensi Pendidikan Lanjutan Kebijakan Publik di Indonesia” Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya bersama Institute of Public Policy (IPP) dan Institute for Advanced Research (IFAR) mengundang Anda untuk menghadiri seminar publik yang menghadirkan akademisi, praktisi, dan pembuat kebijakan ternama, membahas arah masa depan pendidikan kebijakan publik di Indonesia. Keynote Speaker: Prof. Thomas Pepinsky (Walter F. LaFeber Professor of Government and Public Policy, Cornell University) Hari/tgl: Rabu, 29 Oktober 2025Waktu:09.00 – 17.00 WIBTempat: Ballroom Yustinus Lt. 15, Kampus Semanggi Atma Jaya Daftar di sini Jangan lewatkan kesempatan untuk memperluas wawasan, membangun jejaring, dan ikut serta dalam memperkuat ekosistem pendidikan kebijakan publik di Indonesia.
People-centered Policy: Applying Social Design to Social Research & Evidence-based Policy

Friday, 25 July 2025 – Atma Jaya Institute of Public Policy in collaboration with Center for Urban Studies Universitas Pembangunan Jaya have successfully held the public seminar “People-centered Policy: Applying Social Design to Social Research & Evidence-based Policy” at Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Semanggi. This event is attended by academics from various universities, researchers, and government officials. Dr. Deng’s Presentation As the keynote speaker, Dr. Jian-bang Deng an expert from Tamkang University, Taiwan, presented a comprehensive exploration on how social design can inform more humane and inclusive migration policies. Using data on migration flows before and after the COVID-19 pandemic, Dr. Deng showcased how global and regional migration trends have shifted, along with the social and economic narratives surrounding them. Dr. Deng emphasized that future policies must recognize migrants as agents of development, advocating for a shift toward people-centered migration policies that are built upon lived experiences, social realities, and dignity. These human-centered frameworks are essential for building resilient, diverse, and socially sustainable cities in the face of continued migration and urbanization. Case StudyFollowing the presentation, participants engaged in a collaborative case study session, where they were divided into three groups. Each group explored real-life urban issues in Jakarta using a social design lens; identifying social patterns, problems, and proposing people-driven policy ideas. The discussions ranged from public mobility challenges, accessibility of transportation, to waste management and other broader urban life issues in Jakarta. Using a quadrant-based mapping approach—measuring potential impact and level of uncertainty—each group identified pressing social issues and evaluated them based on feasibility and urgency. This process allowed participants to prioritize problems that are not only high in impact but also manageable in terms of uncertainty. Based on these insights, groups developed preliminary policy recommendations grounded in social design principles, emphasizing participatory and human-centered approaches to improve urban living.
SEGERA HADIR “DISKUSI PUBLIK 2025”

Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya melalui Institute of Public Policy akan menyelenggarakan Diskusi Publik bertajuk “Urgensi Pendidikan Lanjutan Kebijakan Publik di Indonesia”.Acara ini akan membahas kondisi, tantangan, dan prospek pengembangan pendidikan kebijakan publik di Indonesia, serta menghadirkan akademisi, pembuat kebijakan, dan praktisi sebagai narasumber. Rabu, 29 Oktober 202509.00 – 17.00 WIBBallroom Yustinus Lt. 15, Kampus Semanggi Segera daftarkan diri Anda melalui tautan berikut: Click Here
Executive Education Program Government Relations Profesional

Dalam iklim bisnis yang dinamis, hubungan antara sektor swasta dan pemerintah menjadi elemen strategis untuk menjaga keberlangsungan perusahaan. Ikuti kelas terbaru dari Kompas Institute dan bekali diri Anda dengan keterampilan praktis untuk menjadi Government Relations profesional yang mampu membangun kepercayaan dengan para pemangku kepentingan. Pelaksanaan: Hari/Tanggal: Kamis-Jumat, 10-12 September 2025Waktu: 09.30-15.30 WIBLokasi: Ruang Kompas Institute, Gedung Kompas Gramedia Unit 2 Lantai 3Jalan Palmerah Selatan No. 26-28 – Jakarta Materi yang dipelajari: Membangun Hubungan Strategis dengan Pemerintah Etika dalam Lobbying dan Government Relations Strategi Komunikasi Efektif dengan Pemerintah Memahami Proses Pembuatan Kebijakan Publik Kolaborasi Strategis: Peran Sektor Swasta bagi Pemerintah Menjadi Government Relations Profesional Pengajar: Benefit: Daftar di sini: komp.as/kelasgovrelationct
Melonjak Drastis, 605 Politisi Dinasti Mengikuti Pilkada Serentak 2024

Wawancara Yoes Kenawas untuk Kompas Hasil penelitian kolaborasi antara Institute for Advanced Research (IFAR) Unika Atma Jaya, Election Corner Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM), dan pusat riset politik dan pemerintahan PolGov UGM mengungkapkan bahwa dalam Pilkada serentak 27 November 2024, ada sebanyak 605 calon berlatar belakang politik dinasti. Yoes Kenawas, peneliti Institute for Advanced Research Unika Atma Jaya, menjabarkan bahwa 605 calon itu tersebar dalam 352 pilkada tingkat provinsi, kabupaten, dan kota; dengan 384 orang berstatus sebagai calon kepala daerah dan 221 orang maju sebagai calon wakil kepala daerah. Jumlah politik dinasti dalam Pilkada serentak kali ini melonjak hampir dua kali lipat dibanding Pilkada serentak sebelumnya. Hal ini menandakan adanya darurat politik dinasti di Indonesia. Para peneliti menyampaikan bahwa penyebabnya antara lain adalah adalah banyaknya kepala daerah menyelesaikan periode kedua jabatannya, mereka pun menyiapkan anggota keluarganya untuk maju pilkada untuk mempertahankan kekuasaan. Selain itu, biaya politik yang mahal menyebabkan pencalonan Pilkada hanya dapat dilakukan oleh mereka yang berkuasa. Juga, para pemilih yang toleran terhadap politik dinasti.
Protest under Duress at Université Laval, Quebec, Canada

Dr. Muhammad Fajar, research fellow Institute for Advanced Research Unika Atma Jaya, berpartisipasi dalam workshop Protest under Duress yang berlangsung pada 30-31 Oktober 2024 di Quebec, Kanada. Ia mempresentasikan tulisannya yang berjudul The Variety of Social Movement Strategies under Democratic Backsliding: Evidence from Indonesia. Risetnya bertujuan untuk memahami bagaimana respon gerakan sosial terhadap kemunduran demokrasi.