7/10/2019

Jakarta – 18 September 2019. Atma Jaya Institute of Public Policy menyelenggarakan Brownbag Discussion: Special Edition, membahas mengenai penggunaan data dalam penyusunan kebijakan khususnya di bidang kesehatan. Diskusi tersebut dipandu oleh Yunisa Astiarani dari Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Unika Atma Jaya, dan menghadirkan tiga pembicara yaitu:

  1. Nafsiah Mboi – Mantan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
  2. Rajender Aparasu Fellow, Pharmaceutical Health Outcomes and Policy, Universitas Houston
  3. Lua Pottier – kandidat Ph.D, Global Health and Development Department, London School of Hygiene and Tropical Medicine.

Ketiga pembicara sepakat bahwa data sangat penting dalam perumusan kebijakan. Ibu Nafsiah Mboi banyak memaparkan berbagai contoh data kesehatan di Indonesia, “Ada peningkatan angka harapan hidup secara nasional di Indonesia, meskipun masih di bawah angka global. Tetapi ketimpangan antar daerah jelas terjadi. Kemudian salah satu data menarik yang menjadi dasar kebijakan, dari tahun 2013 ke 2018, ada peningkatan perokok anak-anak dari 7% menjadi 9%, sedangkan perokok perempuan meningkat tiga kali lipat.”

Beliau kemudian melempar, “Dengan data ini, jika Anda sebagai pemangku kebijakan, apa yang akan Anda lakukan? Kebijakan apa yang akan Anda buat?”

Ibu Nafsiah kemudian melanjutkan, “Data tidak boleh hanya untuk policy, tetapi juga dipakai dalam proses dari policy to action. Penting sekali action itu kemudian dievaluasi, dimonitor, dan penelitian. Hasilnya kemudian berupa data yang dapat dianalisis untuk dibuat policy lagi, menjadi lingkaran yang terus berjalan.”

Pernyataan tersebut sejalan dengan paparan Raj, “Hanya data sendiri tidak akan banyak gunannya. Dalam beberapa kesempatan, kita tidak memiliki informasi yang dibutuhkan untuk membuat keputusan. Di sinilah kita menggunakan ekspertise klinis masing-masing. Kedokteran berbasis bukti zaman sekarang tidak melulu berdasar pada bukti, tetapi dari tiga poin yang saling berkaitan satu sama lain yaitu bukti, ekspertise klinis, dan preferensi pasien.”

Direktur Atma Jaya Institute of Public Policy, Edbert Gani setuju dengan pendapat para pembicara, “Pemanfaatan data dalam kebijakan kesehatan sangat penting. Untuk itu tata kelola data yang baik adalah awal yang harus dilakukan.”

Meskipun demikian, Beliau juga tidak memungkiri bahwa ada faktor-faktor lain yang memengaruhi perumusan kebijakan: “Memang dalam membaca data kesehatan juga akan dipengaruhi oleh pertimbangan politik, ekonomi dan sosial. Tapi pertimbangan tersebut memerlukan data yang kongkret agar fokus keberpihakan bisa dilakukan.”

Selain membicarakan mengenai data, isi dari kebijakan itu sendiri juga penting, “Tetapi dalam merumuskan kebijakan, kita juga harus ingat, kesehatan tidak hanya terdiri dari masalah kesehatan, tetapi juga berhubungan dengan produktivitas,” ujar Ibu Nafsiah Mboi.